11 February 2007

hujan di bulan desember...

16:35:31
sore ini (Senin, 18 Desember 2006) udara lebih segar. semua terlihat cerah setelah bumi diguyur hujan cukup deras. pisang goreng, segelas teh hangat plus sebatang rokok terasa lebih nikmat sembari mendengar heaven-nya bryan adams. sedari pagi aku lelap dalam tidur setelah semalaman berkutat dengan internet. yap, setelah hari-hari yang melelahkan bergumul dengan komputer. kebetulan aku dipasrahi edit film, rencananya buat malam natal. ah, lagi-lagi malam natal bakal ku lalui di kota ini.
kemarin sore (--Minggu, 17 Desember 2006) aku diajak bicara oleh pak mudjito. ada pertanyaan yang harus aku jawab. mestinya jadi perenunganku saat ini. sebenarnya apa yang aku cari dan kejar untuk masa depanku. nilaikah... perjuangan hidupkah... untuk itu semua bisa terwujud gimana caranya... selama ini gimana... intinya yang ku tangkap, aku mau apa ke depan.
hehe.. dalem banget pak. bodohnya aku selama ini cuma bisa menuliskannya kembali. terus menerus dan berulang-ulang. sementara cuma rencana dan lagi-lagi hidup ini mengalir begitu saja. bablas.... ngerti-ngerti udah akhir tahun lagi. nyaman dengan kemapanan tidur panjang. tersentak sadar ternyata ada banyak kerjaan yang terlewat. baru terburu-buru sibuk sana-sini setelah dateline. konyol, kayak gini gimana mo megang masa depan. iya khan...
terlalu nyaman dengan spontanitas hasilnya berbahaya. bisa-bisa tsunami datang kita malah santai-santai ngopi sembari diskusi penanganan bencana. hidup dengan ritma keteraturan, sepanjang itu nyaman justru lebih baik. itulah.. kadang kerja kantoran membuatku iri. walau mungkin bagi sebagian orang kerja kantoran terasa lebih menyesakkan. mereka lebih beruntung. tidak menyia-nyiakan waktu luang sedikitpun demi hidup. ku pikir bukan karena uang. rutinitas menjadi pembiasaan. habitus.. lha, kalau terbiasa santai dulu stress belakangan.. walah, dijamin bakal hidup kayak aku sekarang. cuma keajaiban saja yang bisa bikin orang kayak aku bisa bertahan. syukurlah kalau memang begitu...
freelance. itu yang sering jadi ujar-ujar ketika ditanya apa kerjaanmu sekarang. prestise.. kebanggaan jadi independen. nyatanya kalau cuma klise...percuma saja. banyak freelancer sukses justru punya ethos dan habitus kerja yang tinggi. kelihatannya memang nggak seteratur orang kerja kantoran. dan biasanya mereka sudah lama bergumul dengan kantoran, barulah beralih membuat sendiri dunianya. kita sekarang sedang tidak mengejar kekayaan duit, materi, kenyamanaan dalam kemewahan. kita sedang mengejar mimpi. surga yang hilang. serpihan-serpihan ingatan akan dunia yang indah, damai, segar layaknya suasana sore ini. habis diguyur hujan deras. yap, manusia sedang meniti dan mengumpulkan kembali ingatan-ingatannya akan taman surga Eden. semua diraih lewat kerja... kerja... kerja... hasilnya? bukan uang... jerih payah berbuah kelegaan. bisa menikmati pisang goreng, segelas teh hangat plus sebatang rokok. sembari mendengar i'm like a bird-nya nelly furtado. nikmatnya tiada tara.........
--dha :)

09 February 2007

kenangan desember...

















Minggu, 24 Desember 2006
1:04:32 PM

dua hari yang lalu, tepatnya dinihari, aku dihubungi seseorang. via pembicaraan panjang hingga pagi menjelang, aku sungguh diingatkan tentang arti komunikasi dan relasi. hal yang mungkin bagi seorang modernis bisa diatasi lewat seabreg fasilitas alat komunikasi. memang jatuhnya bukan pada bagaimana alat menjadi penting, justru komunikasi langsung itulah yang terutama semakin langka. ringkasnya, pembicaraan waktu itu lebih menjadi refleksi buatku pribadi. jarangnya aku berkomunikasi dengan bahkan keluargaku sendiri. alih-alih memanfaatkan teknologi, walhasil tidak ada keintiman didalamnya. terlalu asyik sendiri dengan mainan baru bertajuk jejaring relasi via dunia cyber. memang ada perjumpaan disana, tapi lebih pada panel-panel digital hasil fragmentasi tubuh personal. aku secara personal harus difragmentasi dalam kolom-kolom isian dan ruang testimoni. aku yang berubah harus tampil sempurna dalam kotak-kotak pixel yang up to date. aku yang sosial terhitung dari statistik relasi yang berjejaring. ada kehidupan disana? wallahualam, karena yang tersaji hanya fragmentasi tubuh mati.
kali ini, natal. lagi-lagi ga kumpul dirumah. kali ini pula, misa malam natal harus ku nikmati di tempat berbeda. tidak seperti biasanya, aku dan kawan-kawan lama berbatik ria di paroki katedral. yap, tadi malam ku sempatkan berkumpul bersama di rumah seorang teman. ada kehidupan disana. bukan maya seperti di pertemuan sebelumnya.















kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan
kita menghargai cahaya karena kita pernah dalam kegelapan
maka kita dapat bergembira karena kita pernah merasakan kesedihan

tentang teknologi..



Jumat, 24 Nopember 2006
2:47:30

gadget 4 2day! setiap jeda acara tv selalu kita disuguhkan dengan satu-dua bahkan lebih panel teknologi "terkini" yang memikat. mulai dari alat komunikasi hingga bentuk-bentuk "aneh" dari peralatan sehari-hari, semisal sikat gigi bervibrasi.

bahkan seolah hanya dalam hitungan waktu benda-benda bermetamorfosa dalam bentuk yang jauh berbeda dengan kemunculan di awal. alih-alih kreasi teknologi modern, semisal kendaraan automatik, persaingan siapa lebih dulu pun tertera jelas pada serangkaian slogan promo yang tersaji. itu baru satu jenis produk saja.

bayangkan ada berapa macam produk hasil teknologi yang setiap saat membanjiri ruang promo media tivi. bisa jadi, bagi sebagian kalangan penikmat acara tivi, kehadiran iklan produk berbasis teknologi juga hiburan tersendiri. walaupun terkadang justru mengganggu kenikmatan. lagi seru-serunya kepotong iklan... misalnya.
..
Minggu, 26 Nopember 2006
20:22:18

kali lampau pernah muncul sebuah promo menarik garapan caberawit. entah masuk kategori iklan komersial atau layanan masyarakat. menggelitik... kesan pertama begitu promo itu muncul. sederhana tapi mengena.. kurang lebih isinya begini:
tempe jepang, kedelai argentina, jagung amerika, beras vietnam, caberawit indonesia..(?) ilustrasinya: segunung tumpeng nasi kuning dengan bendera merah-putih supermini di pucuknya...

nyambung curhatku gadget 4 2day!

hampir tiap waktu pesan audiovisual membanjiri imajinasi dan pilihan bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. bahkan sangat menentukan peringkat status sosial. semisal, pilihan membeli hape. jangan berdebat soal fungsi apalagi pandangan terhadap teknologi. semakin banyak fiturnya belom tentu mendongkrak strata sosial di hadapan khalayak. pilihan ditentukan oleh rating. kalau menurut rating hasil survey entah tahun berapa bilang yang bakal laku merek A... ya, itu yang harus diikuti. bukan kualitas, bukan pula kemenangan atas kompetisi.

penyakit terbaru dari gigantisme teknologi.. hati-hati barang bajakan! harus yang original... mahal dikit tak apalah. masalahnya, sudah jadi kebiasaan. kalau ada yang lebih murah asal mereknya sama kenapa tidak?

entitas sudah tidak penting lagi.

yang bertarung adalah imaji pencitraan. cermin terbalik dari entitas produk itu sendiri. bisa jadi produk itu sendiri memang semu. sebagaimana tayangan smack down yang berhasil membunuh anak-anak di negeri kita. kekerasan tipuan berbuah kekerasan sesungguhnya.
...
yang terlihat dan terdengar
kadang berbeda dengan kenyataan
semua hanya KAMUFLASE...
....
--dha :)

05 February 2007

katakan dengan bunga








10:11:39

katakan dengan bunga...

jika Umberto Eco pernah menulis novel berjudul In the Name of The Rose, tidak ada hubungan sama sekali dengan frase awal tulisan ini. ada banyak hal dalam kehidupan yang selalu dikaitkan dengan bunga. terutama hal ikhwal romansisme, percintaan, dan keceriaan. tak jarang bunga pun digunakan sebagai simbol devosi, penghormatan dan ungkapan syukur atas apa yang dialami.
pagi ini (Minggu, 12 Nopember 2006), sepulang dari Hening Griya, sepanjang jalan Baturaden. deretan kios-kios tanaman hias. biasa memang.. apalagi buat mereka yang menggantungkan penghasilan hidupnya dari berjualan bunga. tiap hari bunga-bunga itu dirawat, mulai dari disirami sampai diberi nutrisi dalam bentuk pupuk. tentunya dengan harapan, bunga semakin segar dan menarik dipandang.

siapa yang tak pernah melihat bunga? dan siapa yang tak pernah merangkai kata dengan bunga? bahkan bunga bangkai di Kebun Raya Bogor pun dinantikan mekarnya. ujar-ujar soal bunga kehidupan begitu menarik hingga kehidupan yang tadinya biasa-biasa saja bisa lebih berbunyi dan berarti. pernah dengar generasi bunga yang begitu melegenda? yap, gerakan anti perang yang didominasi anak-anak muda negara-negara pelaku kejahatan perang. mulai dari simbol hingga idiom-idiom cenderung ideologis yang intinya penegasan sikap. bunga identik dengan damai, kesukaan, harapan dan cinta.

aku jadi ingat, sewaktu di jogja. pernah suatu ketika, aku diminta tolong untuk mencarikan bunga oleh seorang teman. entah sebagai ungkapan kagum atau cinta yang terpendam. di sebuah kios bunga, di bilangan abubakar ali. aku sempat bingung. terus terang ini kali pertama aku membeli bunga tidak sebagai tanaman hias. bingung memilih bunga apa yang tepat. beruntung mbak penjual bunga bercerita banyak, bahkan begitu luasnya pengetahuan tentang bunga sempat ku mengagumi ceritanya. alhasil, bunga ikat sudah ku dapat, cerita mbak penjual bunga pun membekas. sore itu, langsung saja ku antar ke tujuan. lucunya, kesalahpahaman yang ku dapat. perempuan yang ku berikan bunga, tentu saja titipan seorang teman, justru menganggapku si empunya bunga. aku dibuatnya bingung. wah, ternyata... sikapnya jadi berbeda. dan celakanya, secarik kertas yang seharusnya memperjelas posisiku cuma sebagai pengantar bunga dianggapnya bagian dari keisenganku belaka. maafkan aku... begitulah yang terucap dalam batin pada temanku sang penitip bunga. salah siapa titip segala, batinku sembari berbunga-bunga...

perempuan sebut saja bunga. begitu berita kriminal dalam koran biasa menyebut korban. modifikasi dengan menyebut sederetan nama bunga. disini bunga hadir dalam sosok korban, mengambil peran yang teraniaya. jauh dari riuh pikuk cinta, damai dan kasih. tak lagi indah. sisi lain. hitam-putih kehidupan. ada apa dengan bunga? kenapa harus pakai kata bunga?

katakan saja bunga...

yap, mungkin lebih baik begitu. katakan saja... jujur itu lebih baik. meski kadang menyakitkan.
---dha :)

sekotak cinta di tivi








7:38:00

cinta layaknya yang ada pada sinetron televisi. nina bobok. fiksi tapi menghanyutkan. begitulah. terkadang bisa menghibur di kala nganggur. namun acapkali membius sampai mampus. orang jatuh cinta. dari diksinya saja jelas menyakitkan. tiap kali terus menerus diumbar, dieksplorasi habis2an demi selarik gelar rating tertinggi acara televisi. dan selama masih ada manusia yang hanyut dalam fiksi garapan televisi, selama itu pula selalu ada cinta seperti yang ada dalam sinetron televisi. cum nina bobok.

energi cinta habis dalam satu dua episoda. selanjutnya repetisi. judul yang mengumbar kata cinta. kisah yang tak kunjung beranjak. kesedihan yang beranakpinak. mimikri dan duplikasi akting si tokoh. sialnya pada akhir episode selalu ditegaskan kata2 klise: ini cuma fiksi. sialnya pula semua mahfum untuk menerima yang nyata juga fiksi.

cinta dalam televisi. komoditas mewah bagi yang jeli menangkup rejeki. ada banyak pernik2 yang harus diikuti, kalau tidak mau dikatakan kuper alias tidak tahu diri ikut tren masa kini. lantas, kalau sudah jadi komoditi. silahkan menyelami fiksi...
---dha :)