Senin, 22 Mei 2006
Patriakhi Menciptakan Industrialisasi Tubuh Perempuan
Jurnalis Kontributor: Latifah
Jurnalperempuan.com-Yogyakarta.
Dari segi psikologis, permainan hasrat dan kebutuhan selalu digunakan oleh kapitalisme. Mesin hasrat itu terus diciptakan menuju sesuatu mitos yang tidak disadari perempuan, misalnya mitos perempuan makin tua makin tidak menarik. Dalam hal ini, tubuh selalu dijadikan sebagai kriteria utama," ujar Ch. Siwi Handayani, penulis buku Penghibur(an) yang diterbitkan oleh Kanisius. Berdasarkan buku yangditulisnya itulah diselenggarakan acara diskusi Industrialisasi Tubuh dan Perempuan yang diadakan pada Kamis (18/5) di Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UGM.
Untuk menghadapi indutrialisasi atas tubuh perempuan, Siwi berpendapat bahwa bila perempuan mau berdaya, perempuan harus kritis, berani berhadapan dengan realitas dan menggunakan kriteria lain. Di samping itu, kajian-kajian kritis setidaknya bisa menjadi catatan kritis dan membangkitkan kesadaran diantara kita. Nasikun memulai refleksi kritisnya atas industrialisasi tubuh perempuan dengan bertanya, "Mengapa bukan industrialisasi (tubuh) laki-laki?
Para ahli sejarah tentang tubuh, seperti yang dikemukakan Ira Livingston, pada era pra-modern tidak dikenal perbedaan "kategoris" antara tubuh laki-laki dan tubuh perempuan. Baru pada era modern, terutama sejak abad 18 dan 19,masyarakat Barat mengenal adanya perbedaan kategoris tersebut. Di samping itu, Maria Mies berpendapat bahwa pada era pra-sejarah, kita belum mengenal sistem pembagian kerja seksual dan sistem patriarki. Baru di era sejarah,yaitu saat kelahiran kapitalisme dan konsep hak pemilikan privat, kita mengenal terjadinya "kolonisasi" perempuan yang melahirkan fenomena kesenjangan dan diskriminasi gender.
Pendapat Maria Mies yang mengikuti tesis Frederic Engels tersebut merupakan penjelasan paling radikal dan revolusioner tentang sumber terjadinya sistem pembagian kerja seksual. Selain kedua teori tersebut, Nasikun juga menjelaskan kelahiran patriarkhi berdasarkan sosio-biologi, psikoanalisis Eric From, dan teori Lenski tentang pengaruh peran teknologi. "Menurut hemat saya, kesahihan penjelasan teoritistentang sistem pembagian kerja seksual kapitalis dan patriarkis yang ada saat ini menuntut kesediaan kita untuk menghindarkan diri dari kecenderungankonvensional kita untuk menggunakan pilihan monisme perspektif teoritis, dansebaliknya memilih penggunaan pluralisme teoritis," papar Nasikun.
Ia juga berpendapat bahwa kontribusi penjelasan teori pasca-kolonial harus diapresiasi, terutama karena kontribusinya bahwa betapa pun lemahnya posisi perempuan di dalam sistem pembagian kerja seksual kapitalis dan patriarkhis, perempuan sama sekali bukan merupakan pelaku yang robotik dan tidak berdaya.*
No comments:
Post a Comment