Tiga [03]
Pertemuan kembali dengan teman lama kadang bisa menguatkan ingatan kita. Apalagi banyak memori yang melekat dalam peristiwa-peristiwa ketika masih berjalan, berproses dan bertumbuh kembang bersama… canda-tawa, tangis-sedih, ceria-gembira, kesal-sakit hati..berbaur dengan kilas balik cerita panjang kehidupan lama kita. Dari banyak pengalaman yang tersaji..sebuah pertemuan kembali membawa kesan yang begitu dalam. Rasanya lebih indah kalau pertemuan itu sesekali tidak berhenti pada satu kali pertemuan…pastinya ada banyak yang ingin diceritakan kepada dia atau mereka yang lama berpisah dengan kita.
Sebuah pengalaman menarik ku alami yang rupanya juga dialami oleh kawan-kawan di sini… setelah kurun waktu setahun lamanya aku sama sekali tak dengar kabar berita tentang seseorang yang pernah bergulat bersama menjalin relasi yang cukup intim…tiba-tiba hadir di depan mata. Kaget, heran..lho, kok bisa? Selanjutnya adalah percakapan singkat tanya sana-sini tentang kabar terakhir…dan satu hal ada yang berubah memang… secara fisik iya, diam sejenak adalah berikutnya.. habis setahun bung! Undangan singkat untuk datang ke rumah pun jadi pesan berikutnya. Banyak yang sebenarnya ingin ku obrolkan bersamanya..berhubung terbatasnya ruang dan waktu ku tunda untuk pertemuan selanjutnya sembari berharap bisa menikmati hal ini cukup lama. Lucunya, ketika ini kusuarakan kepada salah seorang kawan, kebetulan dia lebih lama mengenal kawan ku yang kuceritakan tadi, semakin banyak cerita masa lalu yang terungkap. Mulai dari kisah cintanya hingga masa-masa menjelang perpisahan yang cukup mengharukan…dua tiga hari ngga’ cukup untuk mengobati kerinduan yang begitu dalam untuk segera bertemu muka dengan dia.
Aku teringat pada kata-kata yang tertera di sebuah surat kawan ku…
The old friends is gold..
The new one is silver…
but you are the friends I will cherish
Singkatnya, sebuah pertemuan kembali entah secara langsung maupun hanya lewat tulisan, foto album, telpon atau yang lebih modern via e-mail atau short message services (sms) selalu membawa ingatan masa lalu yang indah bahkan yang traumatik sekalipun. Begitu berharganya komunikasi singkat dengan relasi lama terkadang harus dibayar mahal dengan realita bahwa kita ngga’ akan selamanya bersama. Kawan kita semasa kecil, kawan kita selama sekolah hingga kawan kita selama memasuki usia dewasa tidak sedikit menyita perhatian dalam keseharian. Selalu ada pertanyaan, bagaimana kabar dia di sana… apa masih seperti dulu, dan kadang kita begitu egoisnya sampai-sampai perubahan sekecil apapun selalu jadi pertanyaan besar. Lho kok kamu ngga’ kayak dulu sih?
Aku kembali cuma bisa tersenyum, kadang pahit, ketika harus dalam kondisi kesendirian… di tempat yang baru, di komunitas yang baru, di waktu yang baru… itulah yang membuatku selalu merasa berat untuk hadir dalam setiap seremonial pelepasan atau perpisahan atau apapun namanya. Tanpa harus masuk dalam keharu-biruan, cerita sedih dan cenderung cengeng.. aku lebih memilih jalan biarkan aja semua mengalir… buat apa ditambah-tambahi… nanti malah bikin kita ngga’ bisa menerima kenyataan bahwa kita harus pergi meninggalkan semua yang pernah berproses bersama. Bisa dibayangkan betapa protektifnya orang tua kita kalau selalu takut akan kepergian anaknya keluar bahkan sekedar sejenak saja dari rumah. Dan itulah mengapa budaya Jawa sebagai contoh, menyediakan ruang privat bagi pertemuan dan perpisahan via sungkeman. Artinya, lepas dari sekedar seremonialnya, sungkeman atau dalam budaya Barat hug and kiss, menemukan momentum privatnya sebagai bentuk komunikasi terintim yang pernah ada di boemimanusia ini. Selain jabat erat dan salam yang selalu menjadi kata kunci pertemuan kita sehari-hari.
Maka hargailah setiap pertemuan dan hubungan relasi yang ada…untuk tidak sekedar menjadi catatan lepas tak berbekas. Sekecil apapun pengalaman privat yang kita alami bersama orang lain termasuk orang terdekat selayaknya ditempatkan pada ruang yang bebas…bebas dari segala tafsir dan intervensi subyektif tentangnya. Toh, nantinya seluruh pengalaman privat tersebut bisa jadi hiburan tersendiri kelak setelah usia merambat seiring memutihnya helai rambut di kepala. Bayangkan bagaimana rasanya orang yang ditinggalkan kerabat dekatnya karena sebuah kematian.. butuh berapa lama untuk menerima kenyataan yang biasanya dibilang pahit oleh orang yang merasakan…
Ku pikir kita ngga’ melulu terjebak dalam kesedihan..jika kita yakin bahwa ALAM PUNYA JALANNYA SENDIRI..untuk hal-hal semacam tadi.
SELAMAT DATANG DI BOEMIMANUSIA DAN AKU PUN HARUS PERGI…, KAWAN !!!
No comments:
Post a Comment