20 February 2006

CEMARA DI KAKI GUNUNG MERAPI

tujuh cemara termangu menghadap Sang Timur 
ufuk Barat memerah hantarkan senja basah bulan ini 
seorang bocah laki-laki tertawa jajakan rotinya 
sesekali burung Gereja berceloteh seakan berkata: 
"KITA MASIH SATU DARAH, KAWAN…!" 

tujuh pucuk cemara saksi pertemuan manusia 
dan ketika satu persatu lapuk dimakan jaman 
aku terpaksa bicara: 
"KITA CUMA PUNYA CINTA…!" 

tujuh pucuk cemara tinggal cerita klasik 
dihamparan kegelisahan hari-hari 
tak kudengar lagi harumnya bunga bangkai 
aku mulai tidak mau peduli lagi 
"KITA BUKAN SATU IBU…!" 

[WAKAFIA, 12 JANUARI 2000] 
 …
ketika negeri yang kucintai menjadi sebuah saksi peradaban yang terserak, tercerai berai dengan keinginannya untuk berpisah demi anak bangsa

1 comment:

Anonymous said...

sangat menarik, terima kasih