05 February 2007

katakan dengan bunga








10:11:39

katakan dengan bunga...

jika Umberto Eco pernah menulis novel berjudul In the Name of The Rose, tidak ada hubungan sama sekali dengan frase awal tulisan ini. ada banyak hal dalam kehidupan yang selalu dikaitkan dengan bunga. terutama hal ikhwal romansisme, percintaan, dan keceriaan. tak jarang bunga pun digunakan sebagai simbol devosi, penghormatan dan ungkapan syukur atas apa yang dialami.
pagi ini (Minggu, 12 Nopember 2006), sepulang dari Hening Griya, sepanjang jalan Baturaden. deretan kios-kios tanaman hias. biasa memang.. apalagi buat mereka yang menggantungkan penghasilan hidupnya dari berjualan bunga. tiap hari bunga-bunga itu dirawat, mulai dari disirami sampai diberi nutrisi dalam bentuk pupuk. tentunya dengan harapan, bunga semakin segar dan menarik dipandang.

siapa yang tak pernah melihat bunga? dan siapa yang tak pernah merangkai kata dengan bunga? bahkan bunga bangkai di Kebun Raya Bogor pun dinantikan mekarnya. ujar-ujar soal bunga kehidupan begitu menarik hingga kehidupan yang tadinya biasa-biasa saja bisa lebih berbunyi dan berarti. pernah dengar generasi bunga yang begitu melegenda? yap, gerakan anti perang yang didominasi anak-anak muda negara-negara pelaku kejahatan perang. mulai dari simbol hingga idiom-idiom cenderung ideologis yang intinya penegasan sikap. bunga identik dengan damai, kesukaan, harapan dan cinta.

aku jadi ingat, sewaktu di jogja. pernah suatu ketika, aku diminta tolong untuk mencarikan bunga oleh seorang teman. entah sebagai ungkapan kagum atau cinta yang terpendam. di sebuah kios bunga, di bilangan abubakar ali. aku sempat bingung. terus terang ini kali pertama aku membeli bunga tidak sebagai tanaman hias. bingung memilih bunga apa yang tepat. beruntung mbak penjual bunga bercerita banyak, bahkan begitu luasnya pengetahuan tentang bunga sempat ku mengagumi ceritanya. alhasil, bunga ikat sudah ku dapat, cerita mbak penjual bunga pun membekas. sore itu, langsung saja ku antar ke tujuan. lucunya, kesalahpahaman yang ku dapat. perempuan yang ku berikan bunga, tentu saja titipan seorang teman, justru menganggapku si empunya bunga. aku dibuatnya bingung. wah, ternyata... sikapnya jadi berbeda. dan celakanya, secarik kertas yang seharusnya memperjelas posisiku cuma sebagai pengantar bunga dianggapnya bagian dari keisenganku belaka. maafkan aku... begitulah yang terucap dalam batin pada temanku sang penitip bunga. salah siapa titip segala, batinku sembari berbunga-bunga...

perempuan sebut saja bunga. begitu berita kriminal dalam koran biasa menyebut korban. modifikasi dengan menyebut sederetan nama bunga. disini bunga hadir dalam sosok korban, mengambil peran yang teraniaya. jauh dari riuh pikuk cinta, damai dan kasih. tak lagi indah. sisi lain. hitam-putih kehidupan. ada apa dengan bunga? kenapa harus pakai kata bunga?

katakan saja bunga...

yap, mungkin lebih baik begitu. katakan saja... jujur itu lebih baik. meski kadang menyakitkan.
---dha :)

No comments: